Ahad, 18 Disember 2016

TERUS KEKAL BERJUANG

Khalid bin al-Walid, diberi gelar oleh Nabi SAW Saifu-Llah al-Maslul (Pedang Allah yang terhunus). Nabi pernah mendoakannya, agar senantiasa diberikan kemenangan dalam setiap peperangan.

Dalam persiapan menuju medan Perang Mutah, ketika itu Nabi menunjuk Usamah bin Zaid, sebagai panglima. Jika dia gugur, maka Abdullah bin Rawwahah yang menggantikannya. 

Jika dia gugur, maka Jafar bin Abi Thalib, yang menggantikannya.  

Ketika perang, ketiga panglima yang ditunjuk oleh Nabi pun satu per satu gugur sebagai syuhada. Namun perang belum selesai. Ketua baru perlu dilantik untuk mengepalai perang itu.  Lalu, para sahabat memilih Khalid.  

Selepas diketuai Khalid, tentera Islam menang besar mengalah musuh.  Allah membuktikan mukjizat Nabi SAW.

Ketika Abu Bakar menjadi Khalifah, Khalid pun ditugaskan menumpas pemberontakan orang-orang murtad. Selesai dari tugas ini, Khalid pun ditugaskan oleh Abu Bakar untuk berangkat ke Iraq, menaklukkan wilayah itu.

Pada saat yang sama, Abu Ubaidah al-Jarrah, Syarahbil bin Hasanah, Yazid bin Abu Sufyan dan Amru bin al-‘Ash ditugaskan oleh Abu Bakar untuk menaklukkan Syam. 

Panglima tertinggi dari keempat kelompok pasukan ini adalah Abu ‘Ubaidah al-Jarrah.

Namun, pasukan ini tidak berhasil menembus pertahanan tentara Rom. Mereka hanya sampai di Sungai Yarmuk, yang bersempadan dengan Jordon dan Syria.

Dalam waktu yang lama, mereka tertahan di sini. Padahal, di antara pasukan mereka ada 100 veteran Perang Badar, yang kedudukannya di sisi Allah dan Rasul-Nya sangat tinggi.  

Justeru ini yang menjadi pertanyaan besar Khalifah Abu Bakar. Maka, Abu Bakar pun menulis surat kepada Khalid, yang ketika itu telah berhasil membebaskan Iraq, agar segera berangkat ke Yarmuk.

Hanya dalam waktu lima hari, Khalid dan pasukannya pun sampai ke Yarmuk. Mereka tidak beristirahat, dan tidak melalui jalan yang biasa dilalui oleh orang.

Sebelum sampai di sana, Khalid menulis surat kepada Abu Ubaidah, tentang pemberhentian Abu Ubaidah oleh Abu Bakar, dan pengangkatan Khalid untuk menggantikannya. 

Abu Ubaidah tidak marah, dan menerima keputusan ini dengan lapang dada. Maka, tampuk tentera tertinggi pasukan Islam di Yarmuk pun di tangan Khalid.

Perang Yarmuk yang dahsyat itu pun meletus pada tahun 13 H. Di saat perang sedang berkecamuk, dan Khalid tengah mengatur pasukan dan strategi perang, tiba-tiba utusan Umar bin al-Khatthab, yang baru saja diangkat menjadi Khalifah, menggantikan Abu Bakar, datang menghadap Abu Ubaidah.

Utusan itu menyampaikan surat pemberhentian Khalid, dan pengangkatan Abu Ubaidah sebagai panglima tertinggi di Yarmuk. 

Namun, dalam situasi seperti itu, Abu Ubaidah tidak langsung menyampaikan keputusan tersebut kepada Khalid, hingga Perang Yarmuk berakhir, dan kemenangan di pihak kaum Muslim.

Selepas perang tamat, keputusan itu pun disampaikan oleh Abu Ubaidah kepada Khalid. 

Mengapa tidak menyampaikan keputusan itu, sebaik ia sampai kepada kamu?” tanya Khalid kepada Abu Ubaidah.

Saya tidak ingin mengganggu tumpuan kamu dalam memimpin serangan. Lagi pula, kita bersaudara (sesama Muslim). Apa salahnya, jika saudara dipimpin oleh saudaranya sendiri.” Kata Abu Ubaidah. 

Tiada ulasan:

Catat Ulasan